Medium Density Fibreboard (MDF) dan Melamine Faced MDF (MFM) merupakan dua jenis papan kayu yang sedang naik daun karena sifatnya yang tahan lama, fleksibel, dan juga ringan. Kedua papan ini terbuat dari serpihan kayu yang dipadatkan menggunakan resin dan lem hingga menjadi sebuah papan padat.
Serpihan kayu yang digunakan dalam proses pembuatan MDF maupun MFM memanfaatkan berbagai bagian dari kayu mentah yang dibuang setelah dipilah dan dipotong dari pohonnya. Papan MDF kerap dianggap sebagai penyerap karbon karena dapat menyimpan cukup karbon untuk menyeimbangi jejak karbon (carbon footprint) yang dihasilkan selama proses pembuatannya. Oleh karena proses pembuatannya ini, banyak yang mengatakan bahwa MDF dan MFM merupakan bahan yang relatif ramah lingkungan.
Namun, sejauh mana keberlanjutan ini telah diterapkan? Apakah benar MDF dan MFM dapat menjadi alternatif bahan perabotan yang ramah lingkungan? Simak beberapa poin berikut.
Pertama, proses pembuatannya. Proses pembuatan MDF sendiri dapat dianggap ramah lingkungan karena memanfaatkan (daur ulang) serpihan-serpihan kayu ketimbang menggunakan kayu utuh hasil penebangan pohon. Proses produksi papan MDF juga mengkonsumsi sumber energi alami, seperti gas alam, untuk memanaskan cairan termal yang digunakan untuk menekan campuran serat kayu, lem, dan resin. Kekhawatiran akan jejak karbon tinggi juga muncul dari penggunaan resin yang umumnya mengandung bahan kimia beracun seperti formaldehyde. Akan tetapi, alternatif pengikatan berbahan alami dapat digunakan untuk membuat kayu MDF lebih ramah lingkungan, seperti lem kentang, yang bahkan dapat didaur ulang untuk membuat papan MDF lainnya.
Kedua, sumber materialnya. Secara umum, kayu dianggap sebagai bahan terbarukan oleh karena kecepatan pertumbuhannya. Akan tetapi, pemanasan global akibat deforestasi menjadi kekhawatiran semua orang dalam memilih menggunakan furnitur kayu. Berbeda dengan furnitur berbahan kayu lainnya, MDF maupun MFM dapat menggunakan kayu-kayu dari sisa penebangan pohon, sisa proses menghaluskan kayu mentah, atau ranting-ranting pohon yang umumnya dibuang begitu saja. MDF juga dapat memanfaatkan kayu lunak yang pada umumnya dapat tumbuh dengan cepat dan dapat mempertahankan jumlah persediaan kayu.
Ketiga, daur ulang masa manfaat. Setelah 15 hingga 25 tahun, banyak furnitur MDF yang kerap tidak diinginkan lagi oleh pemiliknya. Namun, jangan khawatir. Karena proses pembuatannya yang mengikat serpihan kayu dengan lem dan resin, furnitur berbahan dasar MDF dapat dengan mudah dihancurkan untuk diproses ulang menjadi sebuah papan baru. Metode pirolisis, misalnya, menggunakan proses pengolahan termal untuk mengubah sampah menjadi energi. Furnitur atau papan MDF bekas dapat didaur ulang menggunakan proses ini demi menghasilkan biofuel yang dapat digunakan ulang sebagai bahan bakar berbagai kegiatan dan mesin produksi lainnya.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dari mana pemasok MDF Anda mendapatkan bahan bakunya dan bagaimana mereka menjalankan praktik bisnis sesuai dengan regulasi pelestarian lingkungan setempat. Pastikan Anda menggunakan MDF dan MFM berkualitas tinggi dari produsen terpercaya seperti PT Sumatera Prima Fibreboard (www.spf.co.id) untuk semua furnitur, kabinet, maupun karya kreatif berbasis kayu Anda.
コメント